by: Khabibul Umam - Mahasiswa Ilmu Perpustaakaan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Kamis, 08 Oktober 2020

Makna “Galau” Saat Dibedah dengan Pisau Ilmiah


 

(sumber gambar: idntimes.com)

“GALAU”, Kata yang terdiri dari 5 guruf ini sudah akrab dengan kawula-kawula muda, lebih tepatnya pada kawula-kawula muda yang tengah dimabuk cinta dan pada umumnya, sedang mengalami masalah dalam kisah asmaranya.

Sebagai kalimat yang sudah familiar, sudah pasti khalayak sudah mengerti dengan makna kata “galau” itu. Sebagai salah satu dari kawula muda yang tengah mengalami masa “galau” itu, pemahaman saya tentang galau kurang lebih juga sama dengan apa yang dipikran anda, kegelisahan, tidak tenang, risau, dan lain sebagainya.

Namun, sebagai seorang yang “kurang peka” dan sering bermain dengan logika, saya ingin mencoba mengotak-atik sudut pandang dan persepsi saya tentang “makna galau”. Jika pada umumnya galau itu dimengeri dan dimaknai melalui rasa, sekarang saya ingin mengeksplor diri saya dan mencoba merepresentasikan makna galau dari sudut pandang logic, alias pakai pisau ilmiah.

Wuissss, dari redaksional kalimatnya aja sudah beda lhur, dari “memaknai” menjadi “merepresentasikan”, angel, wes angel…haha

Bicara dari sudut pandang ilmiah gak bakal afdhol dong kalau tidak ada referensinya. Yap, salah satu titik acuan saya untuk merepresentasikan makna galau dari sudut pandang ilmiah tersebut adalah dengan melalui mini riset untuk mengumpulkan referensi tentang apa itu “galau”, dan dari referensi yang sudah saya kumpulkan secara sederhana tersebut barulah kita bedah. 

Apa itu “galau” menurut KBBI daring

KBBI atau singkatan dari Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakah rujukan wajib jika temen-temen ingin mengerti makna suatu kata dan bentuk baku dari suatu kata. Dalam kesempatan kali ini, saya menggunakan KBBI online agar lebih cepat dan ringkas dalam mencari makna galau (biar cepet dapat jawabannya juga mblo…haha). Nah KBBI online ini sendiri memiliki dua versi, yakni KBBI versi mendikbud (https://kbbi.kemdikbud.go.id/) dan KBBI web (https://kbbi.web.id/). Ya karena sama-sama online dan mudah digunakan ya pakai aja dua-duanya, biar sekalian bisa dibandingkan.

Menurut KBBI Kemdikbud (https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/galau), galau hanya memiliki satu makna adjektiva, yakni kacau (tentang pikiran). Dilihat dari penjabaran maknanya, galau menurut KBBI mendikbud ini lebih jelas dan terarah, kalau saya menyebutnya sangat terperinci. Kenapa?, karena KBBI Mendikbud ini langsung mematok makna galau adalah kekacauan tentang pikiran.

Namun, KBBI mendikbud ini memiliki satu kelebihan, yakni kamus thesaurus atau padanan kata. Karena penasaran, terbawalah saya untuk nge klik apa sih padanan kata “galau”. Nah di dalam web thesaurus mendikbud tersebut disebutkan bahwa galau memiliki 4 padanan kata, yakni “keraguan”, “keraguan (berat otak)”, “sedih”, dan “putus asa”. Lebih jelasnya mampir aja ke link ini http://tesaurus.kemdikbud.go.id/tematis/lema/galau

Adapaun galau menurut KBBI web (https://kbbi.web.id/galau), galau memiliki tiga penjabaran makna, yakni “sibuk beramai-ramai”, “ramai sekali”, dan “kacau tidak keruan (pikiran)”. Dari jumlah penjabarannya saja sudah beda ya, dimana di KBBI web ini terdapat tiga penjabaran dan dari ketiga penjabaran ini yang menurut saya masih nyambung ya penjabaran yang ketiga, yakni “kacau tidak keruan (pikiran)”.

Googling

Dijaman serba digital dan online ini apa sih yang tidak diketahui “pakdhe Google”?. Selain mencari pencerahan tentang pengertian galau dari KBBI online saya mencoba memperluas persepsi dengan melakukan googling, aslinya browsing sih tapi entah kenapa pada nyebutnya googling.

Karena algoritma google yang sudah cukup pintar dan objek pencarian yang tidak ribet, saya cukup memasukkan kata kunci “galau” tanpa imbuhan apapun pada kolom pencarian google.

Hasilnya….

Eng ing eeeng…

Sebanyak sekitar 21.600.000 atau dua puluh satu juta enam ratus ribu hasil pencarian per 0,37 detik. 0,37 detik gaes. Tak ulangi lagi 0,37 detik. Batinku “jangkrek, dua puluh satu juta enam ratus hasil dalam kurun waktu sepertiga detik”. masyaAllah, apakah ada banyak budak-budak cinta yang tengah galau di saat saya melakukan googling ini (9 oktober 2020 pukul 1.29 AM WIB).

Tapiii…, setelah saya perhatikan lebih seksama lagi, postingan yang mengandung “galau” tersebut kebanyakan dimuat oleh media berita. Bisa jadi konten yang mengandung “galau” merupakan konten yang menarik untuk diulas dan menjadi bacaan hiburan tersendiri bagi pembaca media berita online tersebut.

Karena tertarik, saya mencoba membuka link yang muncul paling atas, di sana terdapat sebuat artikel yang dimuat oleh media online dengan judul “30 kata galau yang penuh dengan makna dan menyentuh hati”. Okeh, karena saya tidak ingin terlalu bucin dan menjadikan sudut pandang ilmiah saya menjadi blur, saya memutuskan tidak melanjutkan membaca artikel tersebut. Selengkapnya silakan baca di https://www.merdeka.com/jabar/30-kata-galau-yang-penuh-makna-dan-menyentuh-hati-kln.html

Adakah “galau” dalam Google Cendekia?

“adakah galau dalam google cendekia?”. Sebetulnya pertanyaan ini lah yang menggelitik saya untuk membuat tulisan yang cukup panjang ini. feeling pertama saya, kata galau adalah kata yang jauh dari kata ilmiah, akan susah untuk menemukan kata galau dalam portalnya jurnal milik google tersebut.

Dan ya, pertama kali saya memasukkan kata kunci galau di kolom pencarian google cendekia yang muncul adalah nama pengarang yang ada kata “galau”nya. Artikel ilmiah yang saya harapkan mengandung galau belum muncul juga. Saya coba lagi dengan menggunakan metode Boolean dan tetep tidak nemu juga.

Akhirnya, saya menggunakan alternative lewat advance search google cendekia. Kata kunci yang saya masukkan masih tetap galau tanpa imbuhan apapun, bedanya, pada advance search ini saya mempersempit lingkup pencarian hanya pada judul yang mengandung kata galau.

Alhamdulillah, ada hasilnya…haha, agak lucu juga sih, tapi artikel ilmiah pada google cendekia yang mengandung kata galau ini bukanlah artikel yang main-main. Bukan kaleng-kaleng.

Didapatkan hasil sekitar 77 hasil pencarian dalam waktu 0,05 detik.

Meskipun hasilnya cukup banyak dan merupakan artikel ilmiah semua, setelah saya amati secara global, padaumumnya kata galau dalam judul artikel tersebut bukanlah merupakan subjek utama pembahasannya. Melainkan kata galau tersebut adalah kata imbuhan atau brand nama sebuah usaha.

Yaaah, gagal mencari makna galau dalam google cendekia deh…heuheu

Meskipun tidak menemukan artikel yang menjelaskan secara langsung apa itu galau, setidaknya dari ketiga proses mini riset sederhana di atas kita bisa mendapatkan beberapa referensi tentang pengertian galau.

 

 

Bersambung pada postingan blog saya selanjutnya yaaaa, sudah pagi…hihi

Senin, 29 Juni 2020

WANI Trial and Error


Trial and Error" : Habiskan Jatah Gagalmu | Bahaso
(sumber gambar: blog.bahaso.com)


“Ananing Biso Jalaran Wani Nyubo”

Adanya #Bisa [meraih sesuatu] Karena #Berani Mencoba (Bahasa Jawa)

 

Saya yakin, setiap kita memiliki ide-ide, gagasan-gagasan, atau inovasi-inovasi yang selalu berlalu lalang di pikiran kita. Entah itu sebuah gagasan yang brilian yang belum pernah ada sebelumnya. Atau bahkan hanya sekedar ide nyleneh sederhana yang mak bedunduk (tiba-tiba) muncul di pikiran kita dalam keseharian kita. Saya yakin hal itu sering terjadi, saya sendiri pun juga demikian.


Dari ide-ide itu ada yang menurut kita ide itu termasuk unik, orisinil, belum pernah ada sebelumnya, dan syukur-syukur solutif. Menjadi alternatif jawaban atas suatu permasalahan yg (mungkin) belum terpecahkan. Dari jam ke jam, dari hari ke hari ide yang menurut persepsi kita “unik” itu seperti hantu gentayangan yang membayangi pikiran kita. Nongoooool mulu.


Sampai akhirnya, kita berusaha untuk mencoba mengaplikasikan ide itu. Pada tahap ini, saya yakin banyak diantara kita yang merasa malu atau sungkan untuk menyampaikan ide gagasannya. Why?, ngopo kog gak wani ngomong ke idemu?, kambing hitamnya pasti adalah “Alah ide ini nyleneh kog”, “Alah ide ini pasti sudah ada yang mikirin kog” “Aku takut kalau percobaanku gagal”. Weduuuus wedus.

Lhur-lhuur, tak kandani, (yo termasuk aku ngandani awakku dewe lhur).

Kamu punya “ide atau gagasan atau inovasi atau bahkan penemuan”, APAKAH ITU SALAH?

Saat kamu punya ide, gagasan, inovasi, karya, atau penemuan dan mampu kamu publish ke orang lain, entah itu keluarga, teman, si doi, atau bahkan masyarakat umum, KAMU BANGGA NGGGAK?

Dan kalaupun pahit-pahitnya adalah kamu punya ide, kamu sampaikan pada orang lain, tapi ditolak, APAKAH DUNIA AKAN KIAMAT jika gagasanmu tidak diterima?, ORA., bisa jadi mungkin orang lain butuh waktu untuk memahami gagasanmu. Sampaikan aja dulu.


TRIAL dan ERROR itu lumrah dalam sebuah proses. Kamu punya ide kamu uji cobakan, di Trial. Eh hasilnya Error?!!, evaluasi di mana letak kesalahannya, lalu diuji coba lagi, EROR LAGI?!, EVALUASI LAGI, lalu COBA LAGI, EROR LAGI!!, EVALUASI LAGI, COBA LAGI, tetep EROR, EVALUASI MANING, JAJAL MANING.

Cari | Journal Learning : Trial and Error

(sumber gambar: jurnal.stkippgri-bkl.ac.id)


Semakin sering ERROR dalam TRIAL yang kamu coba, maka hasil akhir yang akan kamu hasilkan nanti sudah pasti akan berkualitas. Sebab karyamu itu telah berulangkali diuji coba dan dihadapkan dengan eror dan dievaluasi.


Adanya karyamu bisa terwujud, bukan karena KONSEPNYA YANG MATANG, bukan karena MODALNYA YANG BANYAK, juga bukan karena KAMU DISKUSIKAN KESANA-KEMARI. Tapi karena KAMU BERANI MENCOBANYA DAN SIAP DENGAN RESIKO KEGAGALANNYA.

 

#KeyWord

#Inspirasi

#Nulis

#UmamScrip

Rabu, 24 Juni 2020

Senin, 06 April 2020

Titik Lenting


5 Cara Sederhana Belajar Metode Montessori Pada Bayi
(sumber gambar: suara.com)
#Kembali ke djalan jang [kajaknja] benar

Hidup tak ubahnja sebuah perdjalanan mengarungi samudera waktu. Mj life mj djournej, dimulai dari saat kita dilahirkan di dunia, digendong oleh orang tua kita, perlahan kita mulai bisa melangkah, hingga achirnja kita bisa berlari, kita sudah dewasa. Seiring berdjalannja waktu kita bisa berpikir untuk mandiri, mengerdjakan tanggungdjawab kita sendiri. Seolah kita sedang memerankan peranan watak kita dalam perdjalanan hidup kita.

Saat pertama kali kita hadir di dunia ini kita tidak membawa apa-apa, [bisa djadi] itulah mengapa banjak jang mengatakan bahwa baji itu masih sutji, lajaknja kertas putih jang masih polos dan belum ada tjoretan sama sekali. Kemudian kertas itu mulai terisi dengan tulisan-tulisan dan tjoretan2 tentang kisah hidup si baji tadi. Lika-liku kisah perdjalanan kita mewarnai [atau bisa djuga menodai] lembaran kertas putih jang kita punja.

Beruntunglah orang jang mengisi kertas putihnja dengan kisah dan warna-warni kehidupan jang positif dan menjenangkan. Namun, apakah semua orang demikian?, kenjataannja tidak!. Ada sebagian orang jang mengalami ketidaknjamanan kehidupan. Kisah hidup jang ditulisnja pada kertas putih jang ia punja adalah kisah jang tidak menjenangkan, warnanja pun berantakan tak beraturan jang membuat mata risih untuk melihatnja. Kemudia, what tjan we do?

Djika fitrahnja manusia dilahirkan dalam keadaan sutji bak kertas putih jang bersih, maka manusia pun djuga bisa kembali ke fitrahnja. Kembali ke djalan jang [kajaknja] benar. Melenting. Salah satu upaja jang bisa kita lakukan untuk berbenah diri mendjadi pribadi jang lebih baik dari sebelumnja.

Tjarilah atau bahkan buatlah momen jang bisa mengingatkanmu untuk selalu kembali ke djalan fitrahmu sebagai manusia. [insjaAllah], tulisan ini adalah salah satu titik lenting kehidupanku untuk memulai menuliskan tjerita hidupku. Menuliskannja dalam sebuah blog sederhana jang bisa ku buka kapanpun dengan konsep jang berbeda dari sebelumnja.