Budaya Nge”Band” Pemuda Jaman Now
Salam literasi gaes...
:D.
Pada kesempatan kali ini admin Be Librarian Blogspot dapat tugas mata
kuliah IDKS (Informasi Dalam Konteks Sosial) nih, untuk membahas tentang
kebudayaan. Kebetulan karena lagi kuliah di kota yang mendapat julukan Kota Budaya alias Yogyakarta bukan hal yang
sulit untuk mencari kebudayaan-kebudayaan yang ada di masyarakat Jogja. Teman-teman
sekelas mimin berpikir tentang budaya teater. Bahkan banyak juga yang
menyisihkan uang sakunya untuk nonton teater. Dan kayaknya sebagian besar
teman-teman mimin mengulas tentang teater. Sepintas mimin jadi terpikir, “bukankah
yang namanya kebudayaan itu adalah kehidupan dari masyarakat itu sendiri?” “tidak
harus dari pementasan teater kan??”. Mimin lalu terinspirasi untuk mencari topik
kebudayaan dari angkringan Stasiun Tugu. Setelah mimin amati kembali ternyata
banyak kebudayaan yang bisa diulas dari tempat ini. Namun, mimin lebih tertarik
pada perfonmance band jalanan. Alasannya adalah pertama, karena banyak yang
mementaskan Band jalanan. Kedua, karena lagu-lagu yang dibawakan tidak hanya
lagu-lagu Indonesia, tapi juga lagu-lagu luar negeri dan hampir semua genre
lagu bisa dimainkan. Ketiga, apakah ada unsur budaya lokal dalam pementasan
band jalanan tersebut?.
Untuk mengerjakan tugas
tersebut, mimin melakukan observasi dan wawancara di sekitar angkringan Stasiun
Tugu. Adapun hasil wawancara tersebut mimin tuangkan dalam paragraf narasi
berikut ini.
Mimin mewawancarai
seorang penyanyi sekaligus pemain gitar yang bernama Mancar. Beliau berasal
dari Bantul, usianya 23 tahun. Dari hasil wawancara diketahui bahwa mas Mancar
ini belajar bermain gitar sejak masih SD. Keseharian mas Mancar pada siang hari
adalah bekerja sebagai wiraswasta, pada malam harinya mas Mancar mencari
tambahan dengan manggung nge band di sekitar angkringan Stasiun Tugu.
Dari pengakuannya, mas
Mancar melakukan kegiatan ini tidak hanya karena ingin mencari tambahan, namun
karena mas Mancar sendiri suka menghibur orang dengan bernyanyi. Banyak genre
lagu yang bisa dibawakan mas Mancar. Ada
genre pop, rock N Roll, dangdut, dan lain sebagainya. Biasanya mas Mancar
mempelajari satu atau dua lagu dari tiap penyanyi atau grup band yang sudah
merilis album mereka. Untuk lagu-lagu tradisional misalnya seperti genre
keroncong, mas Mancar belum bisa membawakannya karena kuncinya yang sulit dan karena
tidak ada yang mengajari. Selain itu, karena kelompok nge band tiap malam yang
berbeda juga cukup menyulitkan mas Mancar. Ternyata kelompok band jalanan yang
ada di daerah Stasiun Tugu bukanlah grup paten, setiap malam mereka selalu
berganti anggota grup tergantung pada siapa yang hadir malam itu.
Menurut pendapat mimin
sendiri, tidak masalah jika membawakan kebudayaan-kebudayaan dari daerh lain
untuk ditampilkan. Selama kebudayaan itu adalah kebudayaaan yang baik dan tidak
menyimpang dari norma agama dan norma social tidaklah masalah. Keudayaan tersebut
harusnya lebih diperhatikan agar hasil dari akulturasi budaya tersebut bias menghasilkan
suatu kebudayaan lain yang lebih baik dari kebudayaan sebelumnya. Dan lagi,
yang namanya kebudayaan itu kan tergantung dari pelaku kebudayaan itu sendiri. Sehingga
benarpun aslinya kebudayaan tersebut adalah kebudayaan dari daerah lain atau
bahkan negara lain, justru hal tersebut akan memperkaya kebudayaan yang sudah karena
karakter dari pelaku kebudayaan tersebut masih pada karakter kebudayaan asli
dari daerah asal pelaku kebudayaan yang bersangkutan. Malah karakter asli
tersebut diintegrasikan dalam kebudayaan baru yang cenderung dikenal oleh
banyak kalangan.
Sekian ulasan
kebudayaan dari mimin. Apa yang mimin sampaikan di atas adalah sebuah opini
semata. Mimin tidak bermaksud untuk menjatuhkan atau merugikan pihak manapun. Apabila
ada tutur kata mimin yang kurang berkenan mohon dimaafkan….
0 Comments:
Posting Komentar