by: Khabibul Umam - Mahasiswa Ilmu Perpustaakaan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Rabu, 20 November 2019

Nikmatnya kegagalan


(sumber gambar: gagalituanugerah.blogspot.com)

#ada gagal pasti ada sukses

Pernahkah kita bertanya pada diri kita sendiri, “Seberapa dalam kita gagal?”, “Seberapa parah kita gagal?”, “Seberapa rugi kita  gagal?”. 

Loh!!!, kog aneh?, 

Gagal kog perlu di ukur seberapa dalamya, seberapa parahnya, seberapa ruginya. Bukankah kegagalan adalah sebuah hal yang menyesakkan hati dan peru untuk kita minimalisir, bahkan perlu kita hindari sampai-sampai perlu kita singkirkan?!!!.

Begini, jika kita masih berpikir bahwa kegagalan adalah hal yang menyesakkan, hal yang perlu dihindari bahkan dibuang jauh-jauh dari kehidupan kita itu artinya kita masih bermental pengecut. Kita tidak siap dengan konsekuensi yang akan kita hadapi di depan dan menyalahkan kegagalan itu sebagai luapan emosi kita. Jika kita masih bermindset seperti ini maka kita belum siap untuk menjadi orang yang sukses.

Hakikatnya Kegagalan justru merupakan kunci untuk membuka pintu kesuksesan. Ibarat jika kesuksesan itu berada diatas, maka kegagalan itu akan berperan sebagai tangga untuk mencapai kesuksesan.

Lalu, mengapa kita perlu mengukur kegagalan kita?. 

Oke, jika kegagalan kita artikan sebagai kunci untuk membuka pintu kesuksesan atau sebagai tangga untuk meraih kesuksesan, bukankah seberapa canggih kunci itu atau seberapa tinggi tangga itu juga akan mempengaruhi capaiannya kan?!!. Ibarat jika sebuah ruangan yang dikunci dengan sandi berlapis menggunakan sensor retina sensor sidik jari, pastilah apa yang ada di dalam ruangan itu sebuah hal yang sangat berharga. Atau semakin tinggi sebuah ruangan atau benda bukankan value nya juga akan semakin tinggi?!

Inti dari maksud saya adalah semakin besar kegagalan kita, maka kesuksesan yang akan kita dapatkan di depan juga akan sama besar atau bahkan lebih besar. Masalahnya tinggal bagaimana kita tetap bisa mempertahankan diri pada saat gagal dan membalikkan kegagalan itu menjadi kunci keberhasilan kita.

Minggu, 17 November 2019

Inspirasi Secangkir Kopi



(sumber gambar: liputan6.com) 

#lihatlah kedalam secangkir kopi. Apa  yang bisa kita ceritakan dari “secangkir kopi”?

Tulisan saya kali ini berbentuk sebuah pertanyaan yang perlu untuk anda jawab. Bukan berbicara soal filsafat, bukan soal sebuah pemikiran yang mendalam, tapi sederhana saja. Sebuah pengamatan. Ya, pengamatan, sebuah skill  yang bisa membantu kita untuk bisa menulis, baik itu menulis ilmiah ataupun fiksi.

Mengapa harus mengamati?, Pertama karena bisa jadi dari pengamatan itu akan menjadi referensi baru bagi kita untuk menulis, alias inspirasi. Kedua karena dengan mengamati kita akan tau sejauh mana kemampuan kita. Sejauh mana wawasan kita, setajam apa pembahasan kita, dan tentunya seberapa teliti pengamata kita.

Oke sekarang kembali ke secangkir kopi. Kira-kira apa yang bisa kita ceritakan dari “secangkir kopi”?!

Silakan tulis pendapat anda pada kolom komentar, jawaban yang paling menarik akan saya ulas pada tulisan saya selanjutnya…. :)

Jangan ketinggalan untuk berkomentar ya….  :D

Kamis, 14 November 2019

Antara Bejo dan Nekad



(sumber gambar: Twitter @MemeGambar)

Selama menyandang status mahasiswa total saya baru mengikuti kompetisi menulis 5 kali dan 1 kali lomba desain poster, ya meskipun ada naskah esaynya juga sih. Dari total 6 kompetisi yang pernah saya ikuti Alhamdulillah 3 diantaranya meraih juara, pada tahun 2017 mendapat Juara I LKTI, tahun 2018 mendapat juara II LKTI, dan tahun ini, 2019 alhamdulillah mendapat juara I. ketiganya pada ajang kompetisi yang sama, yakni Forum Ilmiah Ilmu Perpustakaan (RUMILUS) yang diadakan oleh himpunan mahasiswa sastra indonesia di Universitas Negeri Malang.

Pada tahun 2017 saya maju bersama seorang kating, tahun 2018 saya berangkat sendiri, dan yang tahun ini berangkat dengan adek tingkat. Awalnya saya merasa ragu untuk maju pada tahun ini. Sebab saya sedang masa KKN dan laptop saya menjadi perlengkapan kelompok untuk keperluan administrasi. Bisa dibayangkan, di lokasi yang susah sinyal, ditambah dengan rutinitas di lokasi KKN, ditambah laptop saya masih sering di opar-oper sana sini. Dan saya pribadi punya harapan jangan sampai tahun ini saya maju sendiri. Harus ada orang yang saya ajak agar ada regenerasi. Dan Alhamdulillah jerih payah itu membuahkan hasil.

Kisah seperti ini bukanlah pertama kali saya alami. Pada setiap tulisan yang saya buat pasti ada cerita dibaliknya. Meskipun terkadang saya merasa minder apakah tulisan saya yang masih banyak salah di sana-sini ini akan dilirik oleh dewan juri?. Yang terpikir dibenak saya adalah “penting maju”. Antara niat dan nekat mungkin itulah kalimat yang dapat menggambarkan perjuangan saya.

Dan ya, saya juga mengakui. Tulisan ku tidaklah bagus-bagus amat. Bisa jadi gelar juara yang saya peroleh selama ini adalah karena faktor “bejo”. Pun masih ada banyak orang selain saya yang memiliki lebih banyak pretasi kepenulisan.

Namun setidaknya, yang menjadi garis bawah saya adalah, ada action yang saya lakukan. Keberuntungan atau bejo hakikatnya juga tidak akan terjadi jika kita tidak melangkah untuk mencoba. Niat juga tidak akan terbentuk tanpa ada nekad. Mustahil saya akan menjuarai sebuah kompetisi tanpa saya berusaha untuk mengikutinya. Mustahil saya bisa menyelesaikan tulisan dengan niat tanpa ada nekad yang mendorong saya.

Antara bejo dan nekad. Diantaranya ada sebuah usaha nyata yang dilakukan. Buat keberuntungan dan keniatan kita sendiri dengan mengusahakan apa yang patut kita usahakan. 

Selasa, 12 November 2019

Gercep Nulis



(sumber gambar: kautsar-anggakara-ttjj.squarespace.com)

#Seketika ada ide, Seketika ditulis
Pernahkah kita berpikir bahwa kita banyak ide gagasan yang bisa kita taungkan untuk menulis tapi tidak pernah kesampaian untuk ditulis?. Mungkinkah karena saat kita memikirkan ide itu kita tengah berkendara di motor, tengah berada di dalam kelas dan ada guru atau dosen, atau bahkan saat lagi pup, ~eh~, dan pada akhirnya saat kita sudah selesai dengan aktivitas-aktivitas itu ide kita juga hilang?. Bisa jadi hal ini terjadi karena kita menunda untuk menulisnya.

Kalau saya boleh menyarankan, saat kita tengah mendapatkan ilham pencerahan ide untuk bahan menulis, apapun itu, sebanyak apapun itu, sesederhana apapun itu maka bersegeralah untuk menulis. “dan manfaatkanlah waktu ingatmu sebelum dating waktu pikun mu”, “dan bersegeralah kamu untuk menulis apa idemu”, “otakmu itu seperti aliran air, saat ada sebuah ikan yang nongol dan tidak segera kamu kait dengan kail pancing maka ikan itu akan kembali hilang dalam aliran air”, kurang lebih dali-dalil itu yang saya gunakan untuk mengingatkan diri saya agar segera mencatat ide yang saya dapat. Haha.

Kalaun jaman sekarang mah enak, kemana-mana kita pasti membawa gawai. Dan pastinya gawai juga bisa buat mengetik kan?!!. Okelah kalaupun males nulis ya di simpan dalam bentun voice record -_-. Dengan mencatat ataupun merekam sesegera mungkin ide yang tengah menyinari kepala kita tersebut maka ide itu akan tersimpan dengan utuh dan bisa kita kembangkan dalam bentuk tulisan.

“Malas ah nulisnya, toh itu Cuma satu kalimat”.
Hmm, masih bergumam seperti itu ya 0_0, okee, sekarang kita gunakan prinsip “kikir pangkal kaya”

Satu tulisan tambah satu tulisan sama dengan dua tulisan. Dua tulisan tambah satu tulisan sama dengan tiga tulisan. Tiga tulisan tambah satu tulisan sama dengan empat tulisan. (oke cukup, kalau  tak terusin inti pembahasan saya  kali ini tidak akan tersampaikan…)

Intinya, satu gagasan pun tidak masalah untuk dicatat, suatu saat saat kita dapat pencerahan lagi siapa tau umpulan-kumpulan ide yang acak itu bisa saling berkaitan dan saling menguatkan kan?. Sebelum kita menuliskannya dan mengumpulkannya mana kita tau kalau ternyata bisa berpeluang untuk dihubungkan, iya kan!!

Sebab sehebat apapun kemampuan daya ingat kita tetaplah ada batasnya. Catatan atau rekaman di sini berperan penting untuk membantu kita mengingat-ingat banyak hal tersebut. Oleh karena itu, saat kita menemukan sebuah ide untuk menulis, segeralah Gercep nulis. SIKAAAAAT…..!!!!

Privacy Policy


Privacy Policy for Umam Scrip

If you require any more information or have any questions about our privacy policy, please feel free to contact us by email at https://umamscrip.blogspot.com/2019/11/kontak-saya.html.

At https://umamscrip.blogspot.com/ we consider the privacy of our visitors to be extremely important. This privacy policy document describes in detail the types of personal information is collected and recorded by https://umamscrip.blogspot.com/ and how we use it.

Log Files
Like many other Web sites, https://umamscrip.blogspot.com/ makes use of log files. These files merely logs visitors to the site - usually a standard procedure for hosting companies and a part of hosting services's analytics. The information inside the log files includes internet protocol (IP) addresses, browser type, Internet Service Provider (ISP), date/time stamp, referring/exit pages, and possibly the number of clicks. This information is used to analyze trends, administer the site, track user's movement around the site, and gather demographic information. IP addresses, and other such information are not linked to any information that is personally identifiable.

Cookies and Web Beacons
https://umamscrip.blogspot.com/ uses cookies to store information about visitors' preferences, to record user-specific information on which pages the site visitor accesses or visits, and to personalize or customize our web page content based upon visitors' browser type or other information that the visitor sends via their browser.

DoubleClick DART Cookie
→ Google, as a third party vendor, uses cookies to serve ads on https://umamscrip.blogspot.com/.
→ Google's use of the DART cookie enables it to serve ads to our site's visitors based upon their visit to https://umamscrip.blogspot.com/ and other sites on the Internet.
→ Users may opt out of the use of the DART cookie by visiting the Google ad and content network privacy policy at the following URL - http://www.google.com/privacy_ads.html

Our Advertising Partners
Some of our advertising partners may use cookies and web beacons on our site. Our advertising partners include .......

  • Google
  • Commission Junction
  • Amazon
  • Widget Bucks
  • Adbrite
  • Clickbank
  • Linkshare
  • Yahoo! Publisher Network
  • Azoogle
  • Chitika
  • Kontera
  • TradeDoubler
  • Ads-Click
  • Other

While each of these advertising partners has their own Privacy Policy for their site, an updated and hyperlinked resource is maintained here: Privacy Policies.
You may consult this listing to find the privacy policy for each of the advertising partners of https://umamscrip.blogspot.com/.

These third-party ad servers or ad networks use technology in their respective advertisements and links that appear on https://umamscrip.blogspot.com/ and which are sent directly to your browser. They automatically receive your IP address when this occurs. Other technologies (such as cookies, JavaScript, or Web Beacons) may also be used by our site's third-party ad networks to measure the effectiveness of their advertising campaigns and/or to personalize the advertising content that you see on the site.

https://umamscrip.blogspot.com/ has no access to or control over these cookies that are used by third-party advertisers.

 

Third Party Privacy Policies
You should consult the respective privacy policies of these third-party ad servers for more detailed information on their practices as well as for instructions about how to opt-out of certain practices. https://umamscrip.blogspot.com/'s privacy policy does not apply to, and we cannot control the activities of, such other advertisers or web sites. You may find a comprehensive listing of these privacy policies and their links here: Privacy Policy Links.

If you wish to disable cookies, you may do so through your individual browser options. More detailed information about cookie management with specific web browsers can be found at the browsers' respective websites. What Are Cookies?

Children's Information
We believe it is important to provide added protection for children online. We encourage parents and guardians to spend time online with their children to observe, participate in and/or monitor and guide their online activity. https://umamscrip.blogspot.com/ does not knowingly collect any personally identifiable information from children under the age of 13. If a parent or guardian believes that https://umamscrip.blogspot.com/ has in its database the personally-identifiable information of a child under the age of 13, please contact us immediately (using the contact in the first paragraph) and we will use our best efforts to promptly remove such information from our records.

Online Privacy Policy Only
This privacy policy applies only to our online activities and is valid for visitors to our website and regarding information shared and/or collected there. This policy does not apply to any information collected offline or via channels other than this website.

Consent
By using our website, you hereby consent to our privacy policy and agree to its terms.



Update
This Privacy Policy was last updated on: Tuesday, November 12th, 2019.
Should we update, amend or make any changes to our privacy policy, those changes will be posted here.

Sabtu, 09 November 2019

Menulislah Seperti Naruto



(sumber gambar: funimation.com)

#Saat Naruto pun menjadi inspirasi kita untuk menulis.


“Inilah jalan ninjaku”, jargon ini begitu melekat dengan tokoh utama sebuah film animasi. Ya, siapa yang tidak kenal dengan Naruto. Seorang anak yatim piatu yang tengil dan suka bertingkah sesuaknya sendiri. Tidak memiliki kelebihan saat di akademi ninja, dan cenderung menjadi beban untuk timnya. Namun, meskipun demikian ada hal menarik dari Naruto yang bisa kita ambil hikmahnya, sebuah nilai yang sangat berharga yang bisa kita terapkan untuk kehidupan sehari-hari termasuk juga kita terapkan untuk bidang kepenulisan.

“Inilah jalan ninjaku”. Ya, that’s it. Jargon tersebut merupakan prinsip Naruto. Sebuah prinsip yang mampu membawa seorang anak yang “bakayarou” dan selalu menjadi bahan tertawaan temannya, dibenci oleh orang sedesanya, menjadi seorang tokoh pahlawan yang mampu menarik para penggemarnya. Baik tua maupun muda sangat suka menonton serial animasi ini. Saking melekatnya jargon ini sampai-sampai membawa Naruto untuk mencapai impiannya, yakni untuk menjadi Hokage desa Konoha.

Pertanyaan yang patut kita tanyakan pada diri kita sendiri adalah “Sudah kah kita mempunyai prinsip yang kita pegang dengan teguh sebagai pedoman hidup kita?”. Kenyataannya sebagian besar orang hidup tanpa prinsip yang jelas. Lebih suka untuk mengalir mengikuti keadaan ketimbang mengikuti prinsip yang diyakini. Dan saat ada orang yang memiliki prinsip yang kuat dan berada didekatnya akan muncul prasangka “nih orang kog kaku”, “nih orang kog kolot”, atau “nih orang kog sok ngatur” . Lantas mau kita apa dan bagaimana?

Saat kita hanya mengikuti perintah dari orang lain kita tidak terima, saat ada orang lain yang mau untuk mengatur kita, mengajak kita menuju arah yang lebih baik di kira sok-sokan.
Melihat perjuangan Naruto untuk memperjuangkan prinsip memang tidak mudah. Resiko untuk dibenci orang lain menjadi sebuah momok yang paling sering kita takutkan. Padahal saat  kita menggantung pada orang lain hakikatnya kita sudah tidak punya pendirian.

Dalam bidang kepenulisan juga butuh sebuah prinsip. Sebuah prinsip yang kuat yang mampu menahan kita untuk selalu aktif menulis. Apapun rintangannya saat kita memiliki prinsip yang kuat, maka tulisan itu pastilah akan jadi. Meskipun orang-orang tidak suka dengan tulisan kita, tidak mau membacanya, bahkan sampai mengkritik dengan pedas tulisan kita, yakinlah pada prinsip kita. Tetaplah pada prinsip kita.

Yakinlah setiap tulisan pasti ada pembacanya.

Layaknya Naruto, “Menuis adalah jalan hidupku!”, kalau kamu…?

Jumat, 08 November 2019

Menulis Adalah Passion Ku, Apa Passion Mu?



(sumber gambar: finansialku.com)

#Seberat apapun suatu aktivitas akan terasa ringan saat pekerjaan itu adalah passion kita. Dan sebaliknya, semudah apapun suatu pekerjaan akan terasa sangat sulit jika pekerjaan itu bukan passion kita.


Passion, kenyamanan. Kenyamanan bukan hanya bercerita soal cewek, di dalam menulis, di dalam bekerja, di dalam beribadah pun, atau pada lingkup  yang lebih luas yaitu hidup, juga butuh kenyamanan. Kenyamanan adalah perasaan dimana kita merasa enak, enjoy, dan menikmati aktivitas yang kita kerjakan. Benarpun itu bukan keahlian kita, namun selama kita nyaman untuk melaksanakannya ya itulah passion kita.

Misalnya, saya tidak ahli dalam menulis, tulisan saya di media massa hanya satu, tulisan artikel ilmiah yang tembus juara cuma baru tiga. Padahal saya punya kenalan yang nulisnya lebih “agresif” dari pada saya. Beliau sudah berulangkali menembus media massa, ratusan kali bahkan, pernah tembus paper tingkat internasional, pernah jd pemateri di LIPI, salah satu lembaga negara yang saya kagumi. Sedangkan saya, ya bisa saya sebatas itu tadi. hehe

Namun, karena saya merasa nyaman dengan menulis, saya bisa berbicara lewat menulis, saya bisa hidup lewat menulis maka menulis itulah yang saya jadikan sebagai passion saya.

Yah memang, tulisan saya terasa kaku, tidak banyak pembacanya, (bahkan saya tidak tau ada penggemar tullisan saya atau tidak, hehe). Tapi bagi saya, bisa menulis apa adanya adalah suatu keberhasilan tersendiri bagi saya.

Jujur sih, memang agak berat juga untuk membiasakan menulis, tapi setidaknya saya ingin berusaha untuk bisa nyaman dengan menulis. Salah satu bentuk konkrit saya ya dengan menulis d blog ini, meskipun blm lama blog ini saya reaktivasi sih, hehe…

Nah, itulah passion saya,
Lalu bagaimana dengan passion anda?


*Boleh sharing-sharing di kolom komentar lho… :D

Kamis, 07 November 2019

Kontak Saya




Untuk berdiskusi tentang kepenulisan, motivasi diri atau ingin berkonsultasi tentang pengelolaan perpustakaan, bisa menghubungi saya melalui kontak dibawah ini.


1. Email : umamkhabibulmade@gmail.com
2. Blog : http://umamscrip.blogspot.com
              http://pemustakawan.blogspot.com
3. Facebook : https://www.facebook.com/khabibulumam97
4. Instagram : https://www.instagram.com/umamkhabib/
5. Twitter : https://twitter.com/Umamkhab



Semoga bermanfaat. Mari saling berbagi ilmu dan pengalaman. :D

Selasa, 05 November 2019

Tulisan ke-20 ~ Iyyaka na’budu waiyyaka nasta’in



(sumber gambar: menoreh-tinta.bllogspot.com)

#Merasa yakin dengan kemampuan diri sendiri itu perlu, tapi kalau memang butuh bantuan jangan lah malu.

Memiliki semangat dan kepercayaan diri yang tinggi memang sangat dibutuhkan untuk melatih kemampuan menulis. Tapi juga jangan terlalu idealis. Sepandai-pandainya kita menulis, pastilah ada orang lain yang lebih jago dalam menulis bila dibandingkan dengan kita. Sayangnya, rasa gengsi membatasi kita untuk melangkah bertanya, menyumpal mulut kita untuk mengatakan “aku tidak bisa”, padahal apa  salah nya kita mengakui kalau kita gagal, kita mengakui kalau kita tisak bisa.

Mengakui kekurangan bukanlah sebuah aib, justru dengan mengakui kekurangan akan menjadi kekuatan tersendiri untuk mengasah kemampuan kita. Saat kita mengakui tulisan kita jelek, tulisan kita banyak salah kurangnya, mau menerima kritikan pedas dari pembaca, saat itulah kemampuan menulis kita sejatinya tengah berkembang.

Lantas apakah hanya dengan mengakui tulisan kita masih jelek lalu kita rasa itu sudah cukup?. Tidak, kalau sudah tau tulisan kita jelek maka ayok kita benahi. Jangan merasa sungkan untuk bertanya. Pada siapapun, itu pastilah orang yang kita mintai penilaian memiliki pendapatnya masing-masing. Semakin banyak orang yang kita tanyai, maka akan semakin banyak kita mengetahui kekurangan kita dan banyak pula referensi untuk memperbaikinya.

Layaknya iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in, "Hanya kepada-Mu lah kami mengabdi dan hanya kepada-Mu lah kami meminta pertolongan". Terkadang kita merasa sebagai makhluk yang paling berkuasa di dunia hingga merasa semua permasalahan bisa kita selesaikan sendiri. Dan jika pada masanya masalah itu muncul kita berlagak bisa menyelesaikannya sendiri. Padahal ada Dzat yang lebih mampu untuk membantu kita menyelesaikan masalah. Jika ada yang lebih mampu untuk menyelesaikan masalah, lalu mengapa kita bersusah payah memikulnya sendiri? :)

Minggu, 03 November 2019

Tulisan ke-19 ~ Saat kita GAGAL dalam menulis



(sumber gambar: maxmanroe.com)

#Kehidupan dunia bukanlah khayalan yang selalu berakhir happy ending.

Kehidupan tanpa kegagalan?. Rasanya..., setiap apa yang kita lakukan selalu berhasil sesuai ekspektasi, setiap saat kita selalu naik pangkat, happy ending. Enak ya kehidupan kayak gitu. Btw "ini surga apa dunia?, kog tracknya naik terus tanpa ada turunnya?".

Pertanyaan di akhir paragraf di atas bukanlah gurauan. Saya serius mengungkapkan seperti itu. Jika kita hanya berpikir kehidupan dunia pasti terasa menyenangkan tanpa ada sesuatu yang menyesakkan hati kita, keadaan yang memojokkan kita, pilihan yang tidak ingin kita ambil, maka apa artilah hidup?. Setiap orang yang hidup di dunia pastilah akan mengalami cobaan atau ujian. Bahkan tidak hanya kegagalan, kesuksesan itupun juga ujian. Saat kita gagal mampukah kita tetap tegar menghadapinya dan mampu melewati masa-masa kritis itu. Atau saat kita sukses dapatkah kita menahan diri untuk tidak takabur, tidak besar kepala, dan yang lebih penting mempertahankan kesuksessan itu sendiri.

Ibarat sebuah masakan, akan terasa nikmat saat ada perpaduan rasa yang seimbang. Ada manis, asam, pedas, pahit bahkan. Hidup yang hanya merasakan manis saja maka itu bukanlah hidup yang sesungguhnya. Begitupun hidup yang merasakan pahit saja itupun jg bukan hidup yang sesungguhnya.

Di dalam bidang menulis pun juga sama. Tidak selamanya kita akan berhasil membuat tulisan. Suatu saat kita pun pasti akan mengalami kegagalan dalam menulis. Entah itu tulisannya tidak jadi sampai selesai, entah itu tulisannya tidak tembus ke media massa, entah itu tulisannya tidak masuk nominasi finalis. Ya itu memang gagal. Dan rasanya memang pahit. Sebuah tulisan yang telah kita pikirkan berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan, siang malang kita berjuang keras untuk menulisnya, tapi saat selesai, BOOOM...!!!, tidak mendapat apa-apa, tidak masuk nominasi, tidak masuk media massa, atau bahkan tidak jadi sampai selesai.

Dalam menghadapi situasi tersebut biasanya ada dua penyelesaian. Pertama, carilah solusi yang bisa membantu meringankan, syukur-syukur bisa menyelesaikan permasalahan tersebut. Intinya adalah berusaha mencari jalan keluar. Kedua, jika cara pertama tidak bisa, sudah dicarikan solusi kesana-kemari tapi tidak ada hasil, maka bersabarlah. Ada kalanya sebuah masalah bisa diselesaikan dalam kurun waktu yang cukup lama.

Yang perlu kita sadari adalah, kegagalan ada bukan semata-mata untuk menghalangi jalan kita menuju kesuksesan, tapi sebaliknya, kegagalan ada adalah untuk menguji seberapa layak kita memperoleh kesuksesan di depan kita. Bukanlah Yang Maha Sukses telah menjelaskan dalam firman-Nya yang intinya kurang lebih "setiap cobaan diberikan sesuai dengan kapasitas kemampuan kita masing-masing"??!!!!