by: Khabibul Umam - Mahasiswa Ilmu Perpustaakaan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Sabtu, 09 November 2019

Menulislah Seperti Naruto



(sumber gambar: funimation.com)

#Saat Naruto pun menjadi inspirasi kita untuk menulis.


“Inilah jalan ninjaku”, jargon ini begitu melekat dengan tokoh utama sebuah film animasi. Ya, siapa yang tidak kenal dengan Naruto. Seorang anak yatim piatu yang tengil dan suka bertingkah sesuaknya sendiri. Tidak memiliki kelebihan saat di akademi ninja, dan cenderung menjadi beban untuk timnya. Namun, meskipun demikian ada hal menarik dari Naruto yang bisa kita ambil hikmahnya, sebuah nilai yang sangat berharga yang bisa kita terapkan untuk kehidupan sehari-hari termasuk juga kita terapkan untuk bidang kepenulisan.

“Inilah jalan ninjaku”. Ya, that’s it. Jargon tersebut merupakan prinsip Naruto. Sebuah prinsip yang mampu membawa seorang anak yang “bakayarou” dan selalu menjadi bahan tertawaan temannya, dibenci oleh orang sedesanya, menjadi seorang tokoh pahlawan yang mampu menarik para penggemarnya. Baik tua maupun muda sangat suka menonton serial animasi ini. Saking melekatnya jargon ini sampai-sampai membawa Naruto untuk mencapai impiannya, yakni untuk menjadi Hokage desa Konoha.

Pertanyaan yang patut kita tanyakan pada diri kita sendiri adalah “Sudah kah kita mempunyai prinsip yang kita pegang dengan teguh sebagai pedoman hidup kita?”. Kenyataannya sebagian besar orang hidup tanpa prinsip yang jelas. Lebih suka untuk mengalir mengikuti keadaan ketimbang mengikuti prinsip yang diyakini. Dan saat ada orang yang memiliki prinsip yang kuat dan berada didekatnya akan muncul prasangka “nih orang kog kaku”, “nih orang kog kolot”, atau “nih orang kog sok ngatur” . Lantas mau kita apa dan bagaimana?

Saat kita hanya mengikuti perintah dari orang lain kita tidak terima, saat ada orang lain yang mau untuk mengatur kita, mengajak kita menuju arah yang lebih baik di kira sok-sokan.
Melihat perjuangan Naruto untuk memperjuangkan prinsip memang tidak mudah. Resiko untuk dibenci orang lain menjadi sebuah momok yang paling sering kita takutkan. Padahal saat  kita menggantung pada orang lain hakikatnya kita sudah tidak punya pendirian.

Dalam bidang kepenulisan juga butuh sebuah prinsip. Sebuah prinsip yang kuat yang mampu menahan kita untuk selalu aktif menulis. Apapun rintangannya saat kita memiliki prinsip yang kuat, maka tulisan itu pastilah akan jadi. Meskipun orang-orang tidak suka dengan tulisan kita, tidak mau membacanya, bahkan sampai mengkritik dengan pedas tulisan kita, yakinlah pada prinsip kita. Tetaplah pada prinsip kita.

Yakinlah setiap tulisan pasti ada pembacanya.

Layaknya Naruto, “Menuis adalah jalan hidupku!”, kalau kamu…?

0 Comments:

Posting Komentar