by: Khabibul Umam - Mahasiswa Ilmu Perpustaakaan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Kamis, 12 Desember 2019

Break Boleh, Stop JANGAN!



Setiap kita pasti punya keinginan, atau sebut saja cita-cita. Baik itu cita-cita yang mulia seperti menjadi guru, cita-cita yang milenial dengan menjadi Youtuber, atau cita-cita yang mainstream, menjadi penulis (ini missal lho yaaaa).

Diawal-awal kita memikirkan cita-cita tersebut pastinya kita punya planning akan begini begitu untuk mencapai cita-cita tersebut. Seiring berjalannya waktu kita mulai menapakkan satu per satu langkah kita untuk menggapai cita-cita tersebut. Diawal kita masih dekat dengan garis start rasanya bahan bakar semangat kita masih penuh. Seiring bertambahnya langkah, seiring jauhnya langkah yang sudah kita lewati terasa mulai agak berat. Perlahan kita mulai keberatan, hingga akhirnya kita mulai sadar bahwa bahan bakar semangat kita sudah menipis.

Kita ingin berusaha untuk bangkit tapi pada akhirnya kita tidak bisa mengelak bahwa bahan bakar semangat kita sudah benar-benar tipis dan hampir habis. Dan hingga pada titik terjenuh kita ingin berhenti mengejar cita-cita kita.  Kita sudah kehabisan ide, kita sudah tidak punya waktu untuk mengejar cita-cita itu, pun kalaupun kita maju sudah tidak ada yang mensupport kita. Done, We END!

Akankah berakhir begitu saja?

No no no, tunggu sebentar. Sebelum kita benar-benar akan memutuskan untuk berhenti, lihatlah kebelakang. Ingat kembali tentang masa-masa dimana kita mulai membangun merealisasikan angan kita menjadi realita. Melalui setapak demi setapak langkah untuk membangun cita-cita kita. Bukan waktu yang singkat, bukan langkah yang mudah, dan bukan pula hal sepele yang akan dilupakan begitu saja.

Saat kita sudah memutuskan untuk melangkah maka jangan pernah berpikir untuk berhenti. Memang benar, kita adalah manusia, kita akan merasa lelah, perasaan kita bukanlah api abadi. Akan ada masanya kita akan jenuh dan bahkan mempertanyakan “buat apa sih aku capek-capek seperti ini?, hasilnya juga tidak jelas”. Dan Yes, That’s True.

Pada posisi seperti ini boleh jika  kita ingin break dan menghela nafas sebentar. Kembali mengumpulkan semangat kita, menumbuhkan kembali ide-ide dan inovasi yang akan kita lakukan untuk merealisasikan ide tersebut. Agar nantinya kita akan terisi kembali dengan bahan bakar yang akan memacu kita untuk melangkah menuju cita-cita kita.
Istirahat boleh, berhenti JANGAN!.

Rabu, 20 November 2019

Nikmatnya kegagalan


(sumber gambar: gagalituanugerah.blogspot.com)

#ada gagal pasti ada sukses

Pernahkah kita bertanya pada diri kita sendiri, “Seberapa dalam kita gagal?”, “Seberapa parah kita gagal?”, “Seberapa rugi kita  gagal?”. 

Loh!!!, kog aneh?, 

Gagal kog perlu di ukur seberapa dalamya, seberapa parahnya, seberapa ruginya. Bukankah kegagalan adalah sebuah hal yang menyesakkan hati dan peru untuk kita minimalisir, bahkan perlu kita hindari sampai-sampai perlu kita singkirkan?!!!.

Begini, jika kita masih berpikir bahwa kegagalan adalah hal yang menyesakkan, hal yang perlu dihindari bahkan dibuang jauh-jauh dari kehidupan kita itu artinya kita masih bermental pengecut. Kita tidak siap dengan konsekuensi yang akan kita hadapi di depan dan menyalahkan kegagalan itu sebagai luapan emosi kita. Jika kita masih bermindset seperti ini maka kita belum siap untuk menjadi orang yang sukses.

Hakikatnya Kegagalan justru merupakan kunci untuk membuka pintu kesuksesan. Ibarat jika kesuksesan itu berada diatas, maka kegagalan itu akan berperan sebagai tangga untuk mencapai kesuksesan.

Lalu, mengapa kita perlu mengukur kegagalan kita?. 

Oke, jika kegagalan kita artikan sebagai kunci untuk membuka pintu kesuksesan atau sebagai tangga untuk meraih kesuksesan, bukankah seberapa canggih kunci itu atau seberapa tinggi tangga itu juga akan mempengaruhi capaiannya kan?!!. Ibarat jika sebuah ruangan yang dikunci dengan sandi berlapis menggunakan sensor retina sensor sidik jari, pastilah apa yang ada di dalam ruangan itu sebuah hal yang sangat berharga. Atau semakin tinggi sebuah ruangan atau benda bukankan value nya juga akan semakin tinggi?!

Inti dari maksud saya adalah semakin besar kegagalan kita, maka kesuksesan yang akan kita dapatkan di depan juga akan sama besar atau bahkan lebih besar. Masalahnya tinggal bagaimana kita tetap bisa mempertahankan diri pada saat gagal dan membalikkan kegagalan itu menjadi kunci keberhasilan kita.

Minggu, 17 November 2019

Inspirasi Secangkir Kopi



(sumber gambar: liputan6.com) 

#lihatlah kedalam secangkir kopi. Apa  yang bisa kita ceritakan dari “secangkir kopi”?

Tulisan saya kali ini berbentuk sebuah pertanyaan yang perlu untuk anda jawab. Bukan berbicara soal filsafat, bukan soal sebuah pemikiran yang mendalam, tapi sederhana saja. Sebuah pengamatan. Ya, pengamatan, sebuah skill  yang bisa membantu kita untuk bisa menulis, baik itu menulis ilmiah ataupun fiksi.

Mengapa harus mengamati?, Pertama karena bisa jadi dari pengamatan itu akan menjadi referensi baru bagi kita untuk menulis, alias inspirasi. Kedua karena dengan mengamati kita akan tau sejauh mana kemampuan kita. Sejauh mana wawasan kita, setajam apa pembahasan kita, dan tentunya seberapa teliti pengamata kita.

Oke sekarang kembali ke secangkir kopi. Kira-kira apa yang bisa kita ceritakan dari “secangkir kopi”?!

Silakan tulis pendapat anda pada kolom komentar, jawaban yang paling menarik akan saya ulas pada tulisan saya selanjutnya…. :)

Jangan ketinggalan untuk berkomentar ya….  :D

Kamis, 14 November 2019

Antara Bejo dan Nekad



(sumber gambar: Twitter @MemeGambar)

Selama menyandang status mahasiswa total saya baru mengikuti kompetisi menulis 5 kali dan 1 kali lomba desain poster, ya meskipun ada naskah esaynya juga sih. Dari total 6 kompetisi yang pernah saya ikuti Alhamdulillah 3 diantaranya meraih juara, pada tahun 2017 mendapat Juara I LKTI, tahun 2018 mendapat juara II LKTI, dan tahun ini, 2019 alhamdulillah mendapat juara I. ketiganya pada ajang kompetisi yang sama, yakni Forum Ilmiah Ilmu Perpustakaan (RUMILUS) yang diadakan oleh himpunan mahasiswa sastra indonesia di Universitas Negeri Malang.

Pada tahun 2017 saya maju bersama seorang kating, tahun 2018 saya berangkat sendiri, dan yang tahun ini berangkat dengan adek tingkat. Awalnya saya merasa ragu untuk maju pada tahun ini. Sebab saya sedang masa KKN dan laptop saya menjadi perlengkapan kelompok untuk keperluan administrasi. Bisa dibayangkan, di lokasi yang susah sinyal, ditambah dengan rutinitas di lokasi KKN, ditambah laptop saya masih sering di opar-oper sana sini. Dan saya pribadi punya harapan jangan sampai tahun ini saya maju sendiri. Harus ada orang yang saya ajak agar ada regenerasi. Dan Alhamdulillah jerih payah itu membuahkan hasil.

Kisah seperti ini bukanlah pertama kali saya alami. Pada setiap tulisan yang saya buat pasti ada cerita dibaliknya. Meskipun terkadang saya merasa minder apakah tulisan saya yang masih banyak salah di sana-sini ini akan dilirik oleh dewan juri?. Yang terpikir dibenak saya adalah “penting maju”. Antara niat dan nekat mungkin itulah kalimat yang dapat menggambarkan perjuangan saya.

Dan ya, saya juga mengakui. Tulisan ku tidaklah bagus-bagus amat. Bisa jadi gelar juara yang saya peroleh selama ini adalah karena faktor “bejo”. Pun masih ada banyak orang selain saya yang memiliki lebih banyak pretasi kepenulisan.

Namun setidaknya, yang menjadi garis bawah saya adalah, ada action yang saya lakukan. Keberuntungan atau bejo hakikatnya juga tidak akan terjadi jika kita tidak melangkah untuk mencoba. Niat juga tidak akan terbentuk tanpa ada nekad. Mustahil saya akan menjuarai sebuah kompetisi tanpa saya berusaha untuk mengikutinya. Mustahil saya bisa menyelesaikan tulisan dengan niat tanpa ada nekad yang mendorong saya.

Antara bejo dan nekad. Diantaranya ada sebuah usaha nyata yang dilakukan. Buat keberuntungan dan keniatan kita sendiri dengan mengusahakan apa yang patut kita usahakan. 

Selasa, 12 November 2019

Gercep Nulis



(sumber gambar: kautsar-anggakara-ttjj.squarespace.com)

#Seketika ada ide, Seketika ditulis
Pernahkah kita berpikir bahwa kita banyak ide gagasan yang bisa kita taungkan untuk menulis tapi tidak pernah kesampaian untuk ditulis?. Mungkinkah karena saat kita memikirkan ide itu kita tengah berkendara di motor, tengah berada di dalam kelas dan ada guru atau dosen, atau bahkan saat lagi pup, ~eh~, dan pada akhirnya saat kita sudah selesai dengan aktivitas-aktivitas itu ide kita juga hilang?. Bisa jadi hal ini terjadi karena kita menunda untuk menulisnya.

Kalau saya boleh menyarankan, saat kita tengah mendapatkan ilham pencerahan ide untuk bahan menulis, apapun itu, sebanyak apapun itu, sesederhana apapun itu maka bersegeralah untuk menulis. “dan manfaatkanlah waktu ingatmu sebelum dating waktu pikun mu”, “dan bersegeralah kamu untuk menulis apa idemu”, “otakmu itu seperti aliran air, saat ada sebuah ikan yang nongol dan tidak segera kamu kait dengan kail pancing maka ikan itu akan kembali hilang dalam aliran air”, kurang lebih dali-dalil itu yang saya gunakan untuk mengingatkan diri saya agar segera mencatat ide yang saya dapat. Haha.

Kalaun jaman sekarang mah enak, kemana-mana kita pasti membawa gawai. Dan pastinya gawai juga bisa buat mengetik kan?!!. Okelah kalaupun males nulis ya di simpan dalam bentun voice record -_-. Dengan mencatat ataupun merekam sesegera mungkin ide yang tengah menyinari kepala kita tersebut maka ide itu akan tersimpan dengan utuh dan bisa kita kembangkan dalam bentuk tulisan.

“Malas ah nulisnya, toh itu Cuma satu kalimat”.
Hmm, masih bergumam seperti itu ya 0_0, okee, sekarang kita gunakan prinsip “kikir pangkal kaya”

Satu tulisan tambah satu tulisan sama dengan dua tulisan. Dua tulisan tambah satu tulisan sama dengan tiga tulisan. Tiga tulisan tambah satu tulisan sama dengan empat tulisan. (oke cukup, kalau  tak terusin inti pembahasan saya  kali ini tidak akan tersampaikan…)

Intinya, satu gagasan pun tidak masalah untuk dicatat, suatu saat saat kita dapat pencerahan lagi siapa tau umpulan-kumpulan ide yang acak itu bisa saling berkaitan dan saling menguatkan kan?. Sebelum kita menuliskannya dan mengumpulkannya mana kita tau kalau ternyata bisa berpeluang untuk dihubungkan, iya kan!!

Sebab sehebat apapun kemampuan daya ingat kita tetaplah ada batasnya. Catatan atau rekaman di sini berperan penting untuk membantu kita mengingat-ingat banyak hal tersebut. Oleh karena itu, saat kita menemukan sebuah ide untuk menulis, segeralah Gercep nulis. SIKAAAAAT…..!!!!

Privacy Policy


Privacy Policy for Umam Scrip

If you require any more information or have any questions about our privacy policy, please feel free to contact us by email at https://umamscrip.blogspot.com/2019/11/kontak-saya.html.

At https://umamscrip.blogspot.com/ we consider the privacy of our visitors to be extremely important. This privacy policy document describes in detail the types of personal information is collected and recorded by https://umamscrip.blogspot.com/ and how we use it.

Log Files
Like many other Web sites, https://umamscrip.blogspot.com/ makes use of log files. These files merely logs visitors to the site - usually a standard procedure for hosting companies and a part of hosting services's analytics. The information inside the log files includes internet protocol (IP) addresses, browser type, Internet Service Provider (ISP), date/time stamp, referring/exit pages, and possibly the number of clicks. This information is used to analyze trends, administer the site, track user's movement around the site, and gather demographic information. IP addresses, and other such information are not linked to any information that is personally identifiable.

Cookies and Web Beacons
https://umamscrip.blogspot.com/ uses cookies to store information about visitors' preferences, to record user-specific information on which pages the site visitor accesses or visits, and to personalize or customize our web page content based upon visitors' browser type or other information that the visitor sends via their browser.

DoubleClick DART Cookie
→ Google, as a third party vendor, uses cookies to serve ads on https://umamscrip.blogspot.com/.
→ Google's use of the DART cookie enables it to serve ads to our site's visitors based upon their visit to https://umamscrip.blogspot.com/ and other sites on the Internet.
→ Users may opt out of the use of the DART cookie by visiting the Google ad and content network privacy policy at the following URL - http://www.google.com/privacy_ads.html

Our Advertising Partners
Some of our advertising partners may use cookies and web beacons on our site. Our advertising partners include .......

  • Google
  • Commission Junction
  • Amazon
  • Widget Bucks
  • Adbrite
  • Clickbank
  • Linkshare
  • Yahoo! Publisher Network
  • Azoogle
  • Chitika
  • Kontera
  • TradeDoubler
  • Ads-Click
  • Other

While each of these advertising partners has their own Privacy Policy for their site, an updated and hyperlinked resource is maintained here: Privacy Policies.
You may consult this listing to find the privacy policy for each of the advertising partners of https://umamscrip.blogspot.com/.

These third-party ad servers or ad networks use technology in their respective advertisements and links that appear on https://umamscrip.blogspot.com/ and which are sent directly to your browser. They automatically receive your IP address when this occurs. Other technologies (such as cookies, JavaScript, or Web Beacons) may also be used by our site's third-party ad networks to measure the effectiveness of their advertising campaigns and/or to personalize the advertising content that you see on the site.

https://umamscrip.blogspot.com/ has no access to or control over these cookies that are used by third-party advertisers.

 

Third Party Privacy Policies
You should consult the respective privacy policies of these third-party ad servers for more detailed information on their practices as well as for instructions about how to opt-out of certain practices. https://umamscrip.blogspot.com/'s privacy policy does not apply to, and we cannot control the activities of, such other advertisers or web sites. You may find a comprehensive listing of these privacy policies and their links here: Privacy Policy Links.

If you wish to disable cookies, you may do so through your individual browser options. More detailed information about cookie management with specific web browsers can be found at the browsers' respective websites. What Are Cookies?

Children's Information
We believe it is important to provide added protection for children online. We encourage parents and guardians to spend time online with their children to observe, participate in and/or monitor and guide their online activity. https://umamscrip.blogspot.com/ does not knowingly collect any personally identifiable information from children under the age of 13. If a parent or guardian believes that https://umamscrip.blogspot.com/ has in its database the personally-identifiable information of a child under the age of 13, please contact us immediately (using the contact in the first paragraph) and we will use our best efforts to promptly remove such information from our records.

Online Privacy Policy Only
This privacy policy applies only to our online activities and is valid for visitors to our website and regarding information shared and/or collected there. This policy does not apply to any information collected offline or via channels other than this website.

Consent
By using our website, you hereby consent to our privacy policy and agree to its terms.



Update
This Privacy Policy was last updated on: Tuesday, November 12th, 2019.
Should we update, amend or make any changes to our privacy policy, those changes will be posted here.

Sabtu, 09 November 2019

Menulislah Seperti Naruto



(sumber gambar: funimation.com)

#Saat Naruto pun menjadi inspirasi kita untuk menulis.


“Inilah jalan ninjaku”, jargon ini begitu melekat dengan tokoh utama sebuah film animasi. Ya, siapa yang tidak kenal dengan Naruto. Seorang anak yatim piatu yang tengil dan suka bertingkah sesuaknya sendiri. Tidak memiliki kelebihan saat di akademi ninja, dan cenderung menjadi beban untuk timnya. Namun, meskipun demikian ada hal menarik dari Naruto yang bisa kita ambil hikmahnya, sebuah nilai yang sangat berharga yang bisa kita terapkan untuk kehidupan sehari-hari termasuk juga kita terapkan untuk bidang kepenulisan.

“Inilah jalan ninjaku”. Ya, that’s it. Jargon tersebut merupakan prinsip Naruto. Sebuah prinsip yang mampu membawa seorang anak yang “bakayarou” dan selalu menjadi bahan tertawaan temannya, dibenci oleh orang sedesanya, menjadi seorang tokoh pahlawan yang mampu menarik para penggemarnya. Baik tua maupun muda sangat suka menonton serial animasi ini. Saking melekatnya jargon ini sampai-sampai membawa Naruto untuk mencapai impiannya, yakni untuk menjadi Hokage desa Konoha.

Pertanyaan yang patut kita tanyakan pada diri kita sendiri adalah “Sudah kah kita mempunyai prinsip yang kita pegang dengan teguh sebagai pedoman hidup kita?”. Kenyataannya sebagian besar orang hidup tanpa prinsip yang jelas. Lebih suka untuk mengalir mengikuti keadaan ketimbang mengikuti prinsip yang diyakini. Dan saat ada orang yang memiliki prinsip yang kuat dan berada didekatnya akan muncul prasangka “nih orang kog kaku”, “nih orang kog kolot”, atau “nih orang kog sok ngatur” . Lantas mau kita apa dan bagaimana?

Saat kita hanya mengikuti perintah dari orang lain kita tidak terima, saat ada orang lain yang mau untuk mengatur kita, mengajak kita menuju arah yang lebih baik di kira sok-sokan.
Melihat perjuangan Naruto untuk memperjuangkan prinsip memang tidak mudah. Resiko untuk dibenci orang lain menjadi sebuah momok yang paling sering kita takutkan. Padahal saat  kita menggantung pada orang lain hakikatnya kita sudah tidak punya pendirian.

Dalam bidang kepenulisan juga butuh sebuah prinsip. Sebuah prinsip yang kuat yang mampu menahan kita untuk selalu aktif menulis. Apapun rintangannya saat kita memiliki prinsip yang kuat, maka tulisan itu pastilah akan jadi. Meskipun orang-orang tidak suka dengan tulisan kita, tidak mau membacanya, bahkan sampai mengkritik dengan pedas tulisan kita, yakinlah pada prinsip kita. Tetaplah pada prinsip kita.

Yakinlah setiap tulisan pasti ada pembacanya.

Layaknya Naruto, “Menuis adalah jalan hidupku!”, kalau kamu…?

Jumat, 08 November 2019

Menulis Adalah Passion Ku, Apa Passion Mu?



(sumber gambar: finansialku.com)

#Seberat apapun suatu aktivitas akan terasa ringan saat pekerjaan itu adalah passion kita. Dan sebaliknya, semudah apapun suatu pekerjaan akan terasa sangat sulit jika pekerjaan itu bukan passion kita.


Passion, kenyamanan. Kenyamanan bukan hanya bercerita soal cewek, di dalam menulis, di dalam bekerja, di dalam beribadah pun, atau pada lingkup  yang lebih luas yaitu hidup, juga butuh kenyamanan. Kenyamanan adalah perasaan dimana kita merasa enak, enjoy, dan menikmati aktivitas yang kita kerjakan. Benarpun itu bukan keahlian kita, namun selama kita nyaman untuk melaksanakannya ya itulah passion kita.

Misalnya, saya tidak ahli dalam menulis, tulisan saya di media massa hanya satu, tulisan artikel ilmiah yang tembus juara cuma baru tiga. Padahal saya punya kenalan yang nulisnya lebih “agresif” dari pada saya. Beliau sudah berulangkali menembus media massa, ratusan kali bahkan, pernah tembus paper tingkat internasional, pernah jd pemateri di LIPI, salah satu lembaga negara yang saya kagumi. Sedangkan saya, ya bisa saya sebatas itu tadi. hehe

Namun, karena saya merasa nyaman dengan menulis, saya bisa berbicara lewat menulis, saya bisa hidup lewat menulis maka menulis itulah yang saya jadikan sebagai passion saya.

Yah memang, tulisan saya terasa kaku, tidak banyak pembacanya, (bahkan saya tidak tau ada penggemar tullisan saya atau tidak, hehe). Tapi bagi saya, bisa menulis apa adanya adalah suatu keberhasilan tersendiri bagi saya.

Jujur sih, memang agak berat juga untuk membiasakan menulis, tapi setidaknya saya ingin berusaha untuk bisa nyaman dengan menulis. Salah satu bentuk konkrit saya ya dengan menulis d blog ini, meskipun blm lama blog ini saya reaktivasi sih, hehe…

Nah, itulah passion saya,
Lalu bagaimana dengan passion anda?


*Boleh sharing-sharing di kolom komentar lho… :D

Kamis, 07 November 2019

Kontak Saya




Untuk berdiskusi tentang kepenulisan, motivasi diri atau ingin berkonsultasi tentang pengelolaan perpustakaan, bisa menghubungi saya melalui kontak dibawah ini.


1. Email : umamkhabibulmade@gmail.com
2. Blog : http://umamscrip.blogspot.com
              http://pemustakawan.blogspot.com
3. Facebook : https://www.facebook.com/khabibulumam97
4. Instagram : https://www.instagram.com/umamkhabib/
5. Twitter : https://twitter.com/Umamkhab



Semoga bermanfaat. Mari saling berbagi ilmu dan pengalaman. :D

Selasa, 05 November 2019

Tulisan ke-20 ~ Iyyaka na’budu waiyyaka nasta’in



(sumber gambar: menoreh-tinta.bllogspot.com)

#Merasa yakin dengan kemampuan diri sendiri itu perlu, tapi kalau memang butuh bantuan jangan lah malu.

Memiliki semangat dan kepercayaan diri yang tinggi memang sangat dibutuhkan untuk melatih kemampuan menulis. Tapi juga jangan terlalu idealis. Sepandai-pandainya kita menulis, pastilah ada orang lain yang lebih jago dalam menulis bila dibandingkan dengan kita. Sayangnya, rasa gengsi membatasi kita untuk melangkah bertanya, menyumpal mulut kita untuk mengatakan “aku tidak bisa”, padahal apa  salah nya kita mengakui kalau kita gagal, kita mengakui kalau kita tisak bisa.

Mengakui kekurangan bukanlah sebuah aib, justru dengan mengakui kekurangan akan menjadi kekuatan tersendiri untuk mengasah kemampuan kita. Saat kita mengakui tulisan kita jelek, tulisan kita banyak salah kurangnya, mau menerima kritikan pedas dari pembaca, saat itulah kemampuan menulis kita sejatinya tengah berkembang.

Lantas apakah hanya dengan mengakui tulisan kita masih jelek lalu kita rasa itu sudah cukup?. Tidak, kalau sudah tau tulisan kita jelek maka ayok kita benahi. Jangan merasa sungkan untuk bertanya. Pada siapapun, itu pastilah orang yang kita mintai penilaian memiliki pendapatnya masing-masing. Semakin banyak orang yang kita tanyai, maka akan semakin banyak kita mengetahui kekurangan kita dan banyak pula referensi untuk memperbaikinya.

Layaknya iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in, "Hanya kepada-Mu lah kami mengabdi dan hanya kepada-Mu lah kami meminta pertolongan". Terkadang kita merasa sebagai makhluk yang paling berkuasa di dunia hingga merasa semua permasalahan bisa kita selesaikan sendiri. Dan jika pada masanya masalah itu muncul kita berlagak bisa menyelesaikannya sendiri. Padahal ada Dzat yang lebih mampu untuk membantu kita menyelesaikan masalah. Jika ada yang lebih mampu untuk menyelesaikan masalah, lalu mengapa kita bersusah payah memikulnya sendiri? :)

Minggu, 03 November 2019

Tulisan ke-19 ~ Saat kita GAGAL dalam menulis



(sumber gambar: maxmanroe.com)

#Kehidupan dunia bukanlah khayalan yang selalu berakhir happy ending.

Kehidupan tanpa kegagalan?. Rasanya..., setiap apa yang kita lakukan selalu berhasil sesuai ekspektasi, setiap saat kita selalu naik pangkat, happy ending. Enak ya kehidupan kayak gitu. Btw "ini surga apa dunia?, kog tracknya naik terus tanpa ada turunnya?".

Pertanyaan di akhir paragraf di atas bukanlah gurauan. Saya serius mengungkapkan seperti itu. Jika kita hanya berpikir kehidupan dunia pasti terasa menyenangkan tanpa ada sesuatu yang menyesakkan hati kita, keadaan yang memojokkan kita, pilihan yang tidak ingin kita ambil, maka apa artilah hidup?. Setiap orang yang hidup di dunia pastilah akan mengalami cobaan atau ujian. Bahkan tidak hanya kegagalan, kesuksesan itupun juga ujian. Saat kita gagal mampukah kita tetap tegar menghadapinya dan mampu melewati masa-masa kritis itu. Atau saat kita sukses dapatkah kita menahan diri untuk tidak takabur, tidak besar kepala, dan yang lebih penting mempertahankan kesuksessan itu sendiri.

Ibarat sebuah masakan, akan terasa nikmat saat ada perpaduan rasa yang seimbang. Ada manis, asam, pedas, pahit bahkan. Hidup yang hanya merasakan manis saja maka itu bukanlah hidup yang sesungguhnya. Begitupun hidup yang merasakan pahit saja itupun jg bukan hidup yang sesungguhnya.

Di dalam bidang menulis pun juga sama. Tidak selamanya kita akan berhasil membuat tulisan. Suatu saat kita pun pasti akan mengalami kegagalan dalam menulis. Entah itu tulisannya tidak jadi sampai selesai, entah itu tulisannya tidak tembus ke media massa, entah itu tulisannya tidak masuk nominasi finalis. Ya itu memang gagal. Dan rasanya memang pahit. Sebuah tulisan yang telah kita pikirkan berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan, siang malang kita berjuang keras untuk menulisnya, tapi saat selesai, BOOOM...!!!, tidak mendapat apa-apa, tidak masuk nominasi, tidak masuk media massa, atau bahkan tidak jadi sampai selesai.

Dalam menghadapi situasi tersebut biasanya ada dua penyelesaian. Pertama, carilah solusi yang bisa membantu meringankan, syukur-syukur bisa menyelesaikan permasalahan tersebut. Intinya adalah berusaha mencari jalan keluar. Kedua, jika cara pertama tidak bisa, sudah dicarikan solusi kesana-kemari tapi tidak ada hasil, maka bersabarlah. Ada kalanya sebuah masalah bisa diselesaikan dalam kurun waktu yang cukup lama.

Yang perlu kita sadari adalah, kegagalan ada bukan semata-mata untuk menghalangi jalan kita menuju kesuksesan, tapi sebaliknya, kegagalan ada adalah untuk menguji seberapa layak kita memperoleh kesuksesan di depan kita. Bukanlah Yang Maha Sukses telah menjelaskan dalam firman-Nya yang intinya kurang lebih "setiap cobaan diberikan sesuai dengan kapasitas kemampuan kita masing-masing"??!!!!

Rabu, 30 Oktober 2019

Tulisan ke-18 ~ Motivasi menulis


(sumber gambar: wantedly.com)

#Jika hati yang gelisah bisa menghasilkan tulisan, hati yang gembira harus lebih bisa dong!

Menulis memang gampang-gampang susah. Meskipun setiap hari kita bisa membuat tulisan entah itu untuk membalas chat, membuat pengumuman, diskusi di grup, namun pada kenyataannya saat dihadapkan pada layar monitor ataupun kertas dan bulpen rasanya pikiran kembali kosong. Tidak tau apa yang akan ditulis dan ujung-ujungnya tidak jadi menulis. Tantangan yang tidak mudah memang. Tapi bukan berarti tantangan ini tidak bisa dikalahkan.

My enemy is me. Musuh bebuyutan kita saat menulis sebetulnya adalah diri kita sendiri. Pertarungan yang terjadi di dalam diri kita saat sedang berjuang menghasilkan tulisan adalah antara motivasi kita untuk menulis dengan rasa malas kita. Siapakah yang akan menang?, ya kita yang akan menentukan!. Baik itu rasa malas ataupun motivasi kita bisa mengaturnya. 

Caranya bagaimana?

Buatlah lingkungan yang mendukung untuk menulis. Salah satunya yaitu dengan mencari motivasi untuk menulis. Saat kita hanya punya setengah niat dan tidak ada faktor pendukung lainnya, mental kita tidak akan siap dengan julukan “penulis”. Dan yang selanjutnya akan terjadi bisa ditebak. Mandeg di tengah jalan. Amat disayangkan bukan?

Lalu, bagaiaman cara mencari motivasi menulis?. Jawabannya tanyakan pada diri kita sendiri. Apa yang ingin kita capai dari menulis. Kalau kita sudah tau apa yang ingin kita capai, kita tau tujuan kita maka sampaikan dan tanamkan tujuan itu  pada lingkungan sekitar kita. Agar suatu saat saat kita sedang menulis dan kita mandeg ditengah jalan maka lingkungan itu akan segera me-recharge motivasi kita untuk menulis. Bisa melalui orang tua, sahabat, atau orang terdekat.

Kalau aku, motivasiku adalah menulis untuk menyebarluaskan apa yang kutau pada dunia. Meskipun tidak sekarang aku merasakan dampaknya, tapi aku yakin suatu saat tulisan-tulisanku akan bermakna dan bermanfaat. 

Motivasiku adalah karena lillah, karena orang tua dan keluarga, dan juga karena dia.




____________________
Note: Tulisan dalam blogspot ini adalah opini, bijaklah saat ingin menggunakannya sebagai bahan rujukan.
Penulis: Khabibul Umam

Senin, 28 Oktober 2019

Kutulis doaku untukmu



(sumber gambar: makassar.tribunnews.com)

#Cukuplah aku dan Dia yang tahu ikhtiar dan doaku, kalaupun toh takdirnya pastilah akan ada jalannya

Tulisan adalah bahasaku, hidupku, doaku. Kalau disuruh memilih antara mengungkapkan lewat ucapan atau tulisan, aku lebih suka memilih tulisan. Melalui tulisan aku bisa mencurahkan segenap ideku tanpa takut melupakannya, dan jika suatu saat aku ingin mengingatnya kembali aku tinggal membacanya.
Namun, menulis itu gampang-gampang susah. Anganku sudah melayang kemari memikirkan ide yang akan kutulis, namun saat berhadapan dengan office word seolah aku amnesia. Tanganku kikuk tak mau menuliskan apa yang kupikirkan. Belum lagi saat suasana hati tak mendukung.
Usiaku baru menginjak 22 tahun, wajarlah kalau pikiranku masih labil. Soal idealisme, soal cita-cita, soal masa depan, sudah saatnya bagiku untuk serius memikirkannya. Apalagi urusan hati. Heeeeeh, bukan perkara mudah untuk menguasai keadaan hati yang tak karuan untuk mencurahkan tulisan. Lebih-lebih tulisan ilmiah, rasa-rasanya aku harus mengubah mode nonaktif untuk hatiku agar aku bisa menulis.
Yaa muqollibal quluub, tsabbit qolby ‘ala diinik. Hatiku tengah digundahkan oleh sebuah jalinan. Mungkinkah aku harus diam?!, mungkinkah aku harus berkirim pesan?!, mungkinkah harus kusegerakan?!. Lingkungan mendorongku untuk segera bergerak. Dan aku harus bersikap.
Dan inilah sikapku.


“Perhatian bukan berarti harus selalu berkirim pesan,
Tak bertanya kabar pun bukan berarti tak perhatian,
Kepercayaan menjadi awal sebuah komitmen,
Namun, komitmen tidak sesederhana itu,
Komitmen juga butuh ikhtiar,
Ikhtiarku…
Kutuliskan doaku untuku,
Dan juga untukmu,
Masih ada waktu,
Untuk berbenah diri,
Untuk memperkuat iman dalam hati,
Untuk memperdalam akhlak islami,
Ikhtiarku…
Bismillah, tawakkaltu ‘alaAllah…
Kupasrahkan semua pada-Mu…

Minggu, 27 Oktober 2019

Tulisan ke-16 ~ Menulis 91 tahun sumpah pemuda



(sumber gambar: alihamdan.id)

#Bertanah air Indonesia, berbangsa Indonesia, dan berbahasa Indonesia

Dari ketiga poin sumpah pemuda, berbahasa Indonesia merupakan sumpah yang menurut saya unik. Kenapa bahasa Indonesia bisa menjadi bahasa pemersatu bangsa Indonesia yang plural?. Bahasa merupakan komunikasi sehari-hari yang kita gunakan untuk berinteraksi social, itu artinya saat kita menggunakan bahasa Indonesia kita juga mendukung persatuan dan kesatuan Negara Indonesia, saat kita menggunakan bahasa Indonesia kita juga menerapkan sumpah pemuda yang digaungkan 91 tahun silam.
Pesatnya globalisasi seolah menjadi sebuah pesaing dalam penerapan bahasa Indonesia. Adanya bahasa Inggris sebagai bahasa internasional, ditambah dengan istilah-istilah gaul yang berkembang di era digital menjadikan kebudayaan berbahasa Indonesia yang baik dan benar kian jarang diperhatikan.
Bukan maksud saya untuk mengatakan bahwa bahasa selain bahasa Indonesia adalah jelek, tapi saat kita tidak bisa menghargai bahasa bangsa kita sendiri, bahasa pemersatu  yang disumpahkan oleh senior kita dulu, lalu siapa yang akan menghargainya?, mustahil juga bangsa lain akan menghargai bahasa Indonesia jika kita tidak menghargai bahasa indonesia itu sendiri.
Tidak hanya dalam bentuk oral, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam bentuk tulisan juga perlu. Terlebih jika untuk penentingan resmi dan formal. Boleh sesekali kita menggunakan bahasa Indonesia yang gaul dan kekinian dalam bentuk tulisan maupun oral, tapi jangan lupa memperhatikan situasi dan kondisinya. Agar semangat sumpah pemuda yang digaungkan oleh senior kita pada 27-28 oktober 1928 akan tetap menggema di hati bangsa Indonesia di masa yang akan datang.

Tulisan ke-15 ~ Tentang orisinalitas sebuah karya



(sumber gambar: kompasiana.com)

#Apakah tulisan yang sudah kita buat benar-benar tulisan kita, atau hanya sekedar “copas”?

Menulis merupakan bagian dari mencurahkan gagasan yang bersumber dari ide pemikiran. Beda orang beda kepala, beda juga pemikiran. Oleh karenanya sangatlah lumrah jika setiap individu memiliki sudut pandang yang berbeda dan melahirkan karya yang berbeda pula.
Namun, ada kalanya kita malas untuk memikirkan keunikan diri kita, kekhasan diri kita, orisinalitas diri kita sehingga dengan mudahnya copy sana copy sini, paste sana paste sini, dibumbui sedikit paraphrase dan walaa, karya itu kita akui sebagai tulisan kita. Jika memang ide atau tulisan orang lain yang kita jadikan sebagai referensi pendukung tidak lebih dari 25% (atau bisa jadi tambah atau kurang tergantung kebijakan masing-masing) karya kita maka sah-sah saja, dan tentunya menggunakan kaidah pengutipan yang benar, maka boleh jika kita mengakui tulisan itu adalah tulisan kita.
Lalu, apa sih pentingnya sebuah orisinalitas karya tulis?. Seperti yang diawal saya asampaikan, orisinalitas berasal dari keunikan atau kekhasan kita, itu artinya orisinalitas tulisan kita merupakan cerminan diri kita, jati diri kita. Selain itu, pelanggaran terhadap keorisinalitas karya tulis atau biasa kita kenal dengan istilah plagiasi merupakan bentuk kriminalitas dalam bidang penulisa, apalagi pada bidang akademik, bisa-bisa gelar sarjana yang telah kita dapat akan dicabut jika terbukti melakukan plagiasi.
Oleh karena itu, biasakan diri kita untuk menggunakan kaidah pengutipan yang baik dan benar, hindari kebiasaan copas yang berlebihan, serta percaya dengan kemampuan kita sendiri. Karena sesimpel apapun ide kita, itu adalah bagian dari kekayaan intelektual kita yang perlu kita sumbangkan pada dunia melalui tulisan.

Sabtu, 26 Oktober 2019

Tulisan ke-14 ~ Tidak adanya ide adalah ide



(sumber gambar: kompasiana.com)

#Akan ada masanya saat kita benar-benar kosong dan tidak ada ide lagi untuk menulis. Disaat seperti itu benarkah kta sudah berakhir?

Dalam sebuah tulisan ide layaknya ujung tombak. Yang akan menjadi garda terdepan dari tulisan kita, nyawa dari tulisan kita, dan inti (core) dari tulisan itu sendiri. Mustahil sebuah tulisan akan lahir tanpa adanya sebuah ide. Namun, akan tiba masanya saat kita benar-benar merasa kosong dan tidak tau akan menulis apalagi. Jika sudah demikian, akankah kita akan berhenti untuk menulis?
TIDAK
Beberapa waktu lalu, tepatnya tanggal 5 oktober saya mengikuti sebuah seminar yang diisi oleh Pak Ismail Fahmi. Dari penyampaian materi yang beliau sampaikan ada salah satu pernyataan yang membekas dipikiran saya, bahkan yang menjadi inspirasi saya untuk membuat tulisan ke-14 ini. Yakni “Tidak adanya data adalah data”. Awalnya saya bigung dengan maksud pernyataan itu, namun, setelah saya menyimak lebih jauh lagi barulah saya sadar. Ketidakadaan suatu data hakikatnya disitu masih ada data, meskipun data yang dimaksud di sini adalah “tidak ada data”. Itu artinya saat kita berpikir tidak ada sesuatu, ketidakadaan sesuatu itulah data.
Kemudian saya berpikir, saya tidak ada ide untuk menulis pada hari ini, jika saya masukkan permasalahan saya ini dalam pernyataan pak Fahmi tadi maka yang muncul adalah “Tidak adanya ide adalah ide”. Dari situlah kemudian saya berniat untuk menulis tulisan ini.
Inti dari apa yang ingin saya sampaikan adalah, saat kita berpikir bahwa tidak ada ide lagi bagi kita untuk menuis, hakikatnya ketidakadaan ide itu tetap bisa menjadi ide bagi kita untuk menulis. Sebab saat kita sudah bertekad untuk menulis seperti tulisan saya pada Tulisan ke-1 ~ Innamal A’malu Binniyah, jangan berpikir untuk berhenti ditengah jalan. Semua pasti ada jalannya saat kita mau mengusahakannya.


Kamis, 24 Oktober 2019

Tulisan ke-13 ~ Write to share



(sumber gambar: godtv.com)

#Pentingkah sebuah tulisan untuk di share?

Seberapa pentingkah sebuah tulisan untuk di share?, hmmm, kemudahan yang diberikan oleh teknologi informasi menjadikan kita sangat mudah untuk melakukan “kopas” atau “forward”. Tak perlu mengetikkan tulisan yang sudah kita baca dari awal hanya tinggal klik, klik, dan klik, jadi, tulisan yang kita dapat bisa dengan mudah kita share. Terlebih saat kita menerima sebuah berita atau informasi yang menurut kita menarik.
Tapi, tunggu dulu. Seberapa pentingkah sebuah tulisan untuk di share?. Sebelum menjawab pertanyaan ini perlu  kita ketahui bersama bahwa tulisan merupakan salah satu media untuk  menyampaikan suatu informasi kepada pihak lain. Bahkan kegiatan menulis ini sudah ada sejak zaman prasejarah. Tentunya dengan font dan abjad yang berbeda manusia purba menorehkan lukisan dan tulisannya pada dinding-dinding gua, kemudian berkembang menjadi menulis di atas batu, tulang atau daun, hingga menulis di atas kertas. Semua pengetahuan yang kita ketahui di masa kini juga bisa kita pelajari berkat adanya tulisan.
Jadi, bisa dikatakan bahwa pentingkah sebuah tulisan untuk di share? Jawabannya adalah IYA. Lalu, tulisan apa saja yang penting untuk dishare?, apakah tulisan bebas seperti ini juga penting untuk dishare?. Apapun tulisan itu, pastinya setiap tulisan layak untuk dishare, entah itu tulisan ilmiah, esai, opini, atau bahkan fiksi. Sebab setiap tulisan punya perannya masing-masing. Dan bisa jadi, tulisan kita yang mungkin kita anggap sepele bagi orang lain bisa menjadi sebuah pemacu motivasi. Sebut saja kita buat story motivasi lalu teman kita menjadi termotivasi setelah membacanya.
Pastinya sebelum menyebarluaskan informasi yang kita dapat atau kita punya perhatikan dulu tulisan itu mau kita bagikan kesiapa, waktunya kapan, tujuannya apa, agar tidak terjadi kesalah pahaman. Pastikan pula sebelum kita menyebarluaskan informasi yang kita dapat baik dari internet maupun social media, pastikan dulu dari mana sumbernya, apakah yang bersangkutan kompeten dibidangnya atau tidak, cek tanggalnya, selalu cek dan ricek agar tulisan yang kita sebarkan bermanfaat bagi orang lain.