by: Khabibul Umam - Mahasiswa Ilmu Perpustaakaan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Minggu, 13 Oktober 2019

Tulisan ke-5 ~ Menulis diatas batu karang




Note: Edisi tulisan saya kali ini akan sedikit berbeda dengan tulisan saya sebelumnya. Jika pada bagian sebelumnya hal yang saya tulis adalah mengenai persepsi saya soal kiat-kiat membuat tulisan. Maka pada edisi tulisan ini, dalam rangka memperingati Hari Museum sekaligus dalam ragka mengikuti lomba menulis artikel yang diadakan oleh Museum Bahari Indonesia, saya akan membuat tulisan berbetuk artikel bebas dengan tema kepenulisan dan kemaritiman.


Pepetah mengatakan “jika menulis di atas air maka tulisan itu akan hilang. Namun, jika menulis di atas batu maka tulisan itu akan abadi”. Menulis hakikatnya bukanlah aktivitas biasa, aktivitas administratif, atau bahkan aktivitas mengarang. Lebih dari itu, menulis adalah proses menuangkan sebuah gagasan dalam bentuk tulisan agar tulisan itu bisa abadi dan kita wariskan pada anak cucu kita. Lalu hal apa saja yang akan kita tulis?. Apapun. Semua hal pun bisa kita tulis. Termasuk juga tentang kemaritiman.
Pertanyaannya adalah “apa yang menarik dari kemaritiman sehingga kita harus menuliskannya?”. Coba kita ingat kembali pelajaran sejarah yang pernah diajarkan guru kita saat masih di sekolah. Sejarah bangsa Indonesia pun tidak bisa lepas dari kemaritiman. Apa sajakah sektor-sektor di Indonesia yang berhubungan dengan kemaritiman?. Pertama, Perantara penyebaran agama. Kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia pada masa lalu bisa menyebarluaskan agama yang dianutnya melalui jalur maritim. Bahkan kerajaan-kerajaan seperti Majapahit, Sriwijaya, dan Kerajaan Demak dikenal memilki pasukan angkatan laut yang tangguh. Kedua, jalur perdangan. Bangsa china dan india bahkan belanda sejak masa kerajaan di Indonesia masih berdiri sudah dikenal gemar melakukan perdangan di Indonesia melalui jalur laut. Karena ramainya jalur perdagangan ini lah yang menyebabkan perekonomian di bumi nusantara pada masa itu mengalami masa keemasannya.  Bahkan bangsa Indonesia dikenal sebagai poros maritim dunia pada masa itu.
Sayangnya, rendahnya minat masyarakat umum untuk menjaga warisan yang luhur itu memunculkan pandangan yang memandang sebelah mata dari sektor kemaritiman. Baik dari segi sejarahnya, potensinya, atau bahkan bisnisnya. Tragisnya laut bahkan dijadikan sebagai penampungan sampah limbah rumah tangga dan industri. Lantas bagaimana solusi atas permasalahan tersebut?.



Perseroan Terbatas Pendidikan Maritim dan Logistik Indonesia (PT PMLI) melalui IPC Corporate University merupakan salah satu alternatif solusi yang patut dipertimbangkan. Di tengah minimnya kepedulian masyarakat terhadap kemaritiman, IPC Corporate University yang merupakan anak perusahaan dari IPC mempunyai visi untuk mencetak SDM yang literate dalam bidang kemaritiman. Selain sebagai bekal bagi pegawai pelabuhan agar memiliki kompetensi kerja berstandar internasional, berdirinya IPC Corporate University juga berpotensi untuk diarahkan sebagai wadah untuk mencetak insan Indonesia yang cinta dengan kemaritiman. Hal ini sebagai salah satu upaya untuk melestarikan warisan luhur dari nenek moyang kita sebagai seorang pelaut.



Selain IPC Corporate University, Museum Maritim Indonesia yang masih dibawah manajemen IPC Group juga merupakan media yang tepat untuk senantiasa menyimpan, mengelola, dan menyebarluaskan wawasan, sejarah, serta pengetahuan tentang kemaritiman di Indonesia kepada khalayak umum. Melalui koleksi-koleksi yang tersedia di Museum Maritim Indonesia kelestarian nilai luhur bangsa indoesia sebagai bangsa maritim akan terus jaga dan bisa diturunkan pada generasi Indonesia yang akan datang.



Kita sebagai masyarakat umum tentunya juga harus mendukung upaya pelestarian, pengelolaan, dan penyebarluasan wawasan kemaritiman kepada publik. Menulis di blog bisa menjadi salah satu alternatif bentuk dukungan kita terhadap upaya pelestarian nilai kemaritiman di indonesia. Betapa berharganya nilai kemaritiman tersebut agar selalu kita jaga, jita rawat, dan kita wariskan pada generasi yang akan datang. Melalui sebuah tulisan sederhana pada blog pribadi kita masing-masing, niat mulia itu akan terwujud. Sebab menulis merupakan sebuah proses menorehkan sejarah. Ibarat menulis di atas batu karang.

0 Comments:

Posting Komentar