Tulisan ke-10 ~ Menulis untuk Peduli
(sumber gambar: quotesss.com)
#ada yang menulis untuk
penelitian, ada yang menulis untuk pelampiasan, ada yang menulis untuk
keuntungan, kita, mau menulis untuk apa?
Sering kali yang membuat kita
merasa terbebani untuk menulis adalah kita menuntut tulisan itu untuk sesuai
apa yang kita angankan. Semisal kita membayangkan tulisan kita akan digunakan
untuk penelitian ilmiah, maka kita berangan-angan bahwa tulisan kita harus
menjadi tulisan ilmiah yang membuat pembacanya takjub dan tercengang dengan
inovasi yang kita munculkan di dalamnya.
Atau jika kita akan menulis puisi ataupun syair, kita berangan-angan bahwa
pembaca yang membaca tulisan kita akan terombang-ambing dalam buaian syair yang
kita tulis. Atau bahkan, saat kita akan menulis tulisan untuk tujuan komersial
kita berangan-angan bahwa tulisan kita harus menghasilkan profit sesuai yang
kita harapkan.
Lantas, bagaimana jika ternyata
tulisan yang kita hasilkan tidak sesuai “ekspektasi” kita?
Berekspektasi itu boleh, bahkan
perlu agar kita memiliki wawasan yang luas saat kita akan menulis. Tapi jangan lupa untuk tetap membumi. Dalam artian,
apapun yang ingin kita targetkan dari tulisan itu tidak melebihi kemampuan kita
dan tidak berandai-andai yang tidak masuk akal.
Jika pada akhirnya tulisan yang
kita hasilkan belum sesuai ekspektasi kita, ya tidak megapa. Ini masih bagian
dari proses kita untuk berkembang dalam bidang kepenulisan. Toh apapun yang
kita hasilkan tidak akan sia-sia. Saat kita berani berekspektasi tinggi namun
hasilnya belum sesuai bayangan kita, setidaknya kita tau dimana letak
kekurangan tulisan kita. Dan dari kekurangan pada tulisan kita yang sebelumnya
bisa kita jadikan sebagai acuan untuk memperbaiki tulisan yang akan dibuat
selanjutnya. Tidak hanya sekali-dua kali, bisa jadi bahkan sampai berulang kali
hingga tulisan itu sesuai yang kita harapkan. Yah itulah proses.
Saat kita bisa mensyukuri tulisan
yang kita tulis, maka pada saat itulah kita akan bisa membuat lebih banyak
tulisan dengan kualitas yang lebih baik. Sebab “Lain syakartum laaziidannakum”,
saat kita bersyukur atas apa yang kita punya maka Tuhan Allah akan menambah
kenikmatan itu.
Maka dari itu, hargailah setiap
tulisan yang telah kita tuliskan. Sebab dengan kita peduli pada tulisan kita,
suatu saat keluarga, teman, atau bahkan dunia akan peduli pada tulisan kita.
0 Comments:
Posting Komentar