Tulisan ke-11 ~ Ojo Rumongso Biso, Nanging Bisoho Rumongso
(sumber gambar: photos.edu.pl)
#saat kita berhasil lelalui tahap
demi tahap dalam membuat tulisan dan pada akhirnya tulisan kita dilirik dan
bahkan dipertimbangkan khalayak umum, jangan lupa bahwa kaki kita masih
berpijak di bumi yang sama.
Tentunya menjadi sebuah
kebanggaan tersendiri manakala kita berhasil membuat tulisan yang sesuai
ekspektasi kita, lain daripada yang lain (sebut saja unik), mengandung
pembahasan yang mendalam, mampu menarik perhatian publik, atau bahkan mampu
menyabet gelar juara atau bisa juga diterbitkan di media massa. Ya jelas bangga
dong!. Tulisan kita sesuai harapan kita, keluarga kita menyanjung kita, guru
atau dosen kita memuji kita, atau bahkan ayang beb makin zeyeng dengan kita. Haha
bucin :D
Tapi, tunggu dulu. Merasa bangga
dengan hasil tulisan kita merupakan bentuk apresiasi terhadap tulisan kita
sendiri. Dan seperti pembahasan saya pada Tulisan ke-10 ~ Menulis untuk Peduli , hal itu memang penting. Namun,
jangan lupa untuk bersyukur atas apa yang telah kita dapat agar hasil itu bisa
semakin berkembang (ingat, lain syakartum laaziidannakum).
Selain sebagai bentuk apresiasi
terhadap karya kita, bersyukur atas tulisan yang telah kita tulis juga
bertujuan untuk membumikan diri kita. Dengan kita merasa bersyukur itu artinya
masih ada tulisan yang lebih hebat dari tulisan kita. Tulisan yang lebih unggul
dari tulisan kita. Tulisan yang lebih menarik dari tulisan kita. Di atas langit
masih ada langit. Perumpamaan tanaman padi, semakin berisi semakin menunduk. Untuk
itulah kita harus bersyukur.
Sebab di atas langit masih ada
langit, namun bumi yang kita pijak tetap sama. Mengakui keunggulan tulisan
orang lain bukanlah merendahkan tulisan kita sendiri, justru sebaliknya. Saat kita
tahu kelebihan tulisan orang lain bila dibandingkan dengan tulisan kita, maka
suatu keniscayaan bila suatu saat tulisan kita akan mendekati atau bahkan
selevel dengan tulisan orang lain yang kita akui keunggulannya.
Sebagaimana pepatah jawa
mengatakan “Ojo Rumongso Biso, Nanging Bisoho Rumongso”, yang maksudnya kurang
lebih, jangan merasa/mengaku sok bisa, tapi bisalah untuk merasa /mengaku. Di atas
langit masih ada langit, namun, bumi tempat kita berpijak masih sama.
0 Comments:
Posting Komentar