by: Khabibul Umam - Mahasiswa Ilmu Perpustaakaan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Senin, 21 Oktober 2019

Tulisan ke-11 ~ Ojo Rumongso Biso, Nanging Bisoho Rumongso



(sumber gambar: photos.edu.pl)

#saat kita berhasil lelalui tahap demi tahap dalam membuat tulisan dan pada akhirnya tulisan kita dilirik dan bahkan dipertimbangkan khalayak umum, jangan lupa bahwa kaki kita masih berpijak di bumi yang sama.

Tentunya menjadi sebuah kebanggaan tersendiri manakala kita berhasil membuat tulisan yang sesuai ekspektasi kita, lain daripada yang lain (sebut saja unik), mengandung pembahasan yang mendalam, mampu menarik perhatian publik, atau bahkan mampu menyabet gelar juara atau bisa juga diterbitkan di media massa. Ya jelas bangga dong!. Tulisan kita sesuai harapan kita, keluarga kita menyanjung kita, guru atau dosen kita memuji kita, atau bahkan ayang beb makin zeyeng dengan kita. Haha bucin :D
Tapi, tunggu dulu. Merasa bangga dengan hasil tulisan kita merupakan bentuk apresiasi terhadap tulisan kita sendiri. Dan seperti pembahasan saya pada Tulisan ke-10 ~ Menulis untuk Peduli , hal itu memang penting. Namun, jangan lupa untuk bersyukur atas apa yang telah kita dapat agar hasil itu bisa semakin berkembang (ingat, lain syakartum laaziidannakum).

Selain sebagai bentuk apresiasi terhadap karya kita, bersyukur atas tulisan yang telah kita tulis juga bertujuan untuk membumikan diri kita. Dengan kita merasa bersyukur itu artinya masih ada tulisan yang lebih hebat dari tulisan kita. Tulisan yang lebih unggul dari tulisan kita. Tulisan yang lebih menarik dari tulisan kita. Di atas langit masih ada langit. Perumpamaan tanaman padi, semakin berisi semakin menunduk. Untuk itulah kita harus bersyukur.
Sebab di atas langit masih ada langit, namun bumi yang kita pijak tetap sama. Mengakui keunggulan tulisan orang lain bukanlah merendahkan tulisan kita sendiri, justru sebaliknya. Saat kita tahu kelebihan tulisan orang lain bila dibandingkan dengan tulisan kita, maka suatu keniscayaan bila suatu saat tulisan kita akan mendekati atau bahkan selevel dengan tulisan orang lain yang kita akui keunggulannya.
Sebagaimana pepatah jawa mengatakan “Ojo Rumongso Biso, Nanging Bisoho Rumongso”, yang maksudnya kurang lebih, jangan merasa/mengaku sok bisa, tapi bisalah untuk merasa /mengaku. Di atas langit masih ada langit, namun, bumi tempat kita berpijak masih sama.

0 Comments:

Posting Komentar